Beberapa serangan bom terjadi di bagian paling selatan Thailand pada Minggu (20/5). Serangan tersebut diduga dilakukan oleh kelompok separatis, akibatnya 3 orang terluka dalam peristiwa itu.
Menurut kelompok pemantau kekerasan, Deep South Watch, puluhan tahun pemberontakan separatis terjadi di sebagian besar etnis buddha, Provinsi Yala (daerah mayoritas muslim), Pattani, dan Narathiwat telah merenggut nyawa hampir 7000 orang sejak tahun 2004.
Pemerintah berturut-turut telah mengadakan pembicaraan dengan kelompok pemberontak dengan tujuan untuk berdamai, akan tetapi diskusi itu terhenti termasuk di bawah pemerintahan militer saat ini.
Dalam serangan di hari Minggu, sebuah bahan peledak di letakan di dekat mesin ATM dan bank cabang di setidaknya 14 lokasi di 4 provinsi selatan, termasuk di Yala, Pattani, dan Narathiwat, serta provinsi Songkhla.
"Ada kekerasan setiap tahun selama periode ramadan," kata Juru bicara keamanan regional, Kolonel Pramote Prom-in, dilansir dari Reuters, Senin (21/5/2018).
Tidak ada yang mengklaim siapa yang bertanggungjawab dalam kasus itu seperti serangan sebelumnya. Beberapa kelompok pemberontak menyebutkan bahwa mereka berjuang untuk mendirikan negara merdeka.
Sementara itu Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha mengatakan kepada media lokal pada bulan April lalu, bahwa pemerintahannya telah membuat kemajuan besar dalam pembicaraan dengan pemberontak. Bahkan Malaysia berperan sebagai mediator antara keduanya sejak 2015.
Namun juru bicara salah satu kelompok pemberontak, Mara Patani yang berbicara dengan pemerintah menyebutkan bahwa progres perdamaian sangat lambat dan menyalahkan pemerintah Thailand karena menyeret pembicaraan lebih jauh.
sumber : detik.com
No comments:
Post a Comment