Sebuah pernyataan yang keluar dari ahli saraf Ruhr-Universitat Bochum di Jerman, mengatakan, semakin cerdas seseorang semakin sedikit koneksi di antara neuron di korteks serebral otak.
Menurut Erhan Genc dan Christoph Fraenz dari Ruhr-Universitat Bochum, untuk mencapai kesimpulan tersebut, para peneliti menganalisis otak sekitar 259 pria dan wanita menggunakan teknik dispersi orientasi syaraf dan pencitraan kepadatan. Mereka juga menerapkan teknik neuroimaging yang spesifik memberikan wawasan ke dalam "pengabelan" otak pada tingkat mikrostruktur.
Metode ini memungkinkan para peneliti untuk mengukur jumlah dendrit di korteks serebral--cabang sel saraf yang digunakan oleh sel untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, semua peserta diwajibkan menyelesaikan tes IQ. Menghasilkan beragam skor mulai dari tujuh hingga 27 jawaban yang benar dari kemungkinan 28.
Dengan mencocokkan data pencitraan dan hasil skor tes, para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki keterampilan analitis lebih tinggi memiliki lebih banyak sel otak dan cenderung mempunyai cabang lebih sedikit antara neuron di korteks serebralnya.
Peneliti kemudian beralih ke basis data yang berisikan hampir 500 peta syaraf dalam Human Connectome Project. Sebuah proyek untuk membangun peta koneksi saraf struktural dan fungsional yang lengkap in-vivo dan di antara individu. Tim juga menemukan pola yang sama, yaitu dengan skor IQ yang lebih tinggi dan interkonektivitas yang lebih rendah.
Berdasarkan temuan baru ini, hasil penelitian sebelumnya yang bertentangan dari penelitian tentang intelijen akhirnya dapat dijelaskan.
Sudah lama dipercayai bahwa orang yang lebih pintar cenderung memiliki otak yang lebih besar.
"Diperkirakan bahwa otak yang lebih besar dapat mengandung lebih banyak sel saraf dan dengan demikian mencapai kekuatan komputasi yang lebih tinggi," kata Genc.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kendati memiliki lebih banyak sel otak untuk berbagi beban berat, otak cerdas tidak cenderung bekerja sekeras mungkin dan menampilkan aktivitas yang kurang aktif ketika menjalani tes IQ dibandingkan dengan otak dengan kecerdasan moderat yang berjuang keras untuk mencapai skor tinggi.
"Otak cerdas memiliki koneksi saraf yang ramping, tapi efisien. Dengan demikian, mereka mengutamakan kinerja mental yang tinggi pada aktivitas neuronal yang rendah," imbuhnya kepada Science Daily (17/5).
Penelitian sebelumnya juga telah mengungkapkan hubungan antara panjang dan isolasi koneksi dendrit dan kemampuan kognitif seseorang.
Dendrit menyampaikan bahwa informasi di otak dan transfer koneksi informasi adalah apa yang memungkinkan orang untuk berpikir serta bernalar.
Jika panjang dendrit lebih pendek dari rata-rata atau mengandung percabangan yang kurang kuat, maka ini pasti akan berdampak pada bagaimana informasi dapat mengalir dan diproses.
Lalu, kabel saraf yang mengirimkan pesan listrik dari sel ke sel di otak dilapisi dengan lapisan lemak yang disebut myelin.
Proses ini sama seperti isolasi pada kawat listrik, myelin menghentikan arus dari kebocoran kawat dan meningkatkan kecepatan perjalanan pesan-pesan melalui otak. Kualitas myelin yang lebih tinggi membuat perjalanan pesan semakin cepat.
Memahami lebih lanjut tentang bagaimana tiap individu dapat berinteraksi untuk memecahkan masalah dengan efisiensi maksimum tidak hanya menunjukkan bagaimana otak berfungsi pada tingkat sel, mereka mungkin juga menunjukkan cara untuk meningkatkan teknologi yang memiliki konsep serupa.
Penelitian, yang dilakukan oleh Genc dan Fraenz, bersama dengan rekan-rekan dari University of New Mexico dan Lovelace Biomedical and Environmental Research Institute di Albuquerque, AS, serta Humboldt University of Berlin ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
No comments:
Post a Comment