PropellerAds

19 May 2018

Hebat !!!, Mantan Teroris Dirikan Lembaga Pendidikan Gratis






Cap sebagai teroris memang tidak akan mudah dilepaskan dari pandangan masyarakat luas. Apalagi, di mata para keluarga korban yang kehilangan orang-orang tercinta mereka.
Akhirnya, kata “teroris” seolah menjadi cap dan label khusus yang paten untuk seseorang yang sudah melakukan hal salah di masa lalu mereka.

Tapi, tidak pernah ada yang tahu, bahwa tidak sedikit dari pelaku teror tersebut dalam masa tahanan mereka, mendapat hidayah dan tercerahkan untuk kembali ke jalan yang benar. Dan menyesali apa yang mereka perbuat di masa lalu adalah perbuatan keliru.

Tidak hanya bagi korban, keluarga korban, masyarakat dan pemerintah, apalagi diri dan keluarga sendiri, yang terpenting adalah dampaknya bagi agama mereka. Perbuatan teror yang mereka lakukan, pada akhirnya justru membuat nama baik Islam menjadi keruh. Penuh dengan segala macam stigma yang jauh dari akar ajaran mulia agama ini.

Hal inilah yang juga disesalkan oleh Khairul Ghazali. Sebagai mantan terpidana kasus terorisme, dirinya tergerak memperbaiki semua kekeliruan masa lalu dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan (pesantren) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Dusun IV, Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Deli Serdang.




Ternyata, fakta lainnya dari pesantren ini adalah sebagai pusat rehabilitasi, re-education, dan deradikalisasi. Di mana, di dalamnya terdapat pemahaman anti radikal yang bisa membahayakan negara dan masyarakat.

Hebatnya, ini adalah sekolah pertama dan satu-satunya di Indonesia (hingga tahun 2016 lalu), sebagai pusat rehabilitasi, re-education, dan deradikalisasi.

Anak didik di pesantren ini tidak hanya menampung anak-anak mantan pelaku teror saja, melainkan juga dibuka untuk masyarakat umum. Hal ini dilakukan sebagai langkah menepis anggapan bahwa ini adalah sekolah yang identik dengan pesantren teroris.

Khairul sebagai Ketua Yayasan Pesantren Darusy Syifa’ menerangkan “Kami ingin murid-murid berbaur tanpa perbedaan, hal ini untuk menghilangkan stigma negatif anak teroris.”

Sebagai tambahan, pesantren ini didirikan di atas tanah seluas 31 hektar yang menampung anak-anak mantan napi teroris dari seluruh Indonesia dengan biaya pendidikan gratis. Selain itu, juga gratis untuk masyarakat umum yang memiliki kecerdasan namun tidak memiliki biaya sekolah.




Bagi Khairul, mungkin ini adalah upaya dirinya untuk menebus kesalahan masa lalu. Tidak dapat dielakkan, pastilah rasa bersalah dan menyesal memenuhi relung hatinya. Sampai akhirnya, membawa pada diri yang baru, hingga membuka pondok pesantren Darusy Syifa’ ini.

Mungkin baginya, berdirinya lembaga pendidikan gratis ini diharapkan bisa menjadi penyumbang pahala yang tiada putus baginya, kelak nanti di hari akhir. Setidaknya, sebagai upaya memaafkan masa lalunya sendiri yang jadi kenangan pilu.

Karena, manusia memang pasti pernah berbuat salah. Dan yang terpenting, upaya memperbaiki diri dengan taubat terbaik itulah yang menjadi kunci.


No comments: