Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,59% ke level 5.767,62, Selasa (22/5). Sentimen bagi IHSG datang dari semakin lengketnya hubungan antara AS dengan China. Pasca saling berbalas mengenakan bea masuk untuk produk ekspor satu sama lain, kini kondisinya sudah berubah 180 derajat.
Teranyar, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menyebut bahwa kedua belah pihak (AS dan China) telah membuat kemajuan yang sangat berarti. Mantan petinggi Goldman Sachs tersebut bahkan mengatakan bahwa diskusi yang diadakan pada minggu lalu di Washington seharusnya dilihat sebagai sebuah kemenangan bagi AS. Mnuchin mengestimasikan bahwa nantinya, akan ada tambahan ekspor ke China senilai US$ 40 miliar-50 miliar.
“Hal ini seharusnya sangat baik bagi ekonomi AS,” papar Mnuchin seperti dilansir dari CNBC International. “Gabungkan hal ini dengan pemotongan tingkat pajak dan saya rasa kita sedang melihat pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat sepanjang sisa tahun ini,”.
Bahkan, ia berani bertaruh bahwa pertumbuhan ekonomi AS tahun ini bisa menyentuh 3%.
Beijing pun sudah tidak lagi panas. Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan kesepakatan kedua negara merupakan solusi yang terbaik.
“China tidak pernah mengharapkan peningkatan tensi dengan AS, baik dalam perdagangan atau bidang lainnya,” sebut Lu.
Sebelumnya pada hari Sabtu (19/5/2018), AS dan China mengeluarkan pernyataan gabungan yang isinya menyatakan bahwa China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.
Jika hubungan dagang AS dan China tetap baik atau justru ditingkatkan, maka permintaan atas barang-barang ekspor dari Indonesia bisa ikut terkerek naik. Hal ini tentu membawa angin segar bagi bursa saham dalam negeri.
Namun, sejatinya penguatan IHSG perlu diwaspadai oleh investor. Pasalnya, rupiah masih berada dalam tekanan. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,04% di pasar spot ke level Rp 14.185/dolar AS. Padahal, indeks dolar AS sedang melemah hingga 0,11%.
Investor nampak benar-benar tak mengapresiasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25bps oleh Bank Indonesia (BI). Ketimbang memandangnya sebagai amunisi untuk membawa balik dana investor asing ke dalam negeri, investor menganggap kenaikan suku bunga acuan justru berpotensi menekan perekonomian domestik yang sebelumnya sudah lesu. Akibatnya, aksi jual di pasar saham terus saja terjadi.
sumber : finrollnews.com
No comments:
Post a Comment