Seorang pangeran Arab Saudi yang diasingkan, menyerukan kudeta untuk melengserkan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. Kudeta itu juga bertujuan mencegah struktur berkuasa saat ini yang dipimpin putranya, Pangeran Mohammed bin Salman, merusak Kerajaan Saudi.
Seperti dilansir Press TV, Rabu (23/5/2018), seruan itu disampaikan oleh Pangeran Khaled bin Farhan yang telah mendapat suaka politik di Jerman. Pangeran Khaled menyampaikan seruan kudeta kepada pangeran-pangeran Saudi lainnya yang merupakan pamannya, seperti Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan Pangeran Muqrin bin Abdulaziz. Seruan itu disampaikan dalam komentar portal berita Middle East Eye yang dirilis Senin (21/5) lalu.
Dalam seruannya, Pangeran Khaled meminta Pangeran Ahmed dan Pangeran Muqrin untuk menggunakan pengaruh mereka di kalangan anggota kerajaan juga militer Saudi untuk melakukan kudeta terhadap Kerajaan Saudi. Menurut Pangeran Khaled, perubahan diperlukan untuk menyelamatkan Kerajaan Saudi dari arahan 'irasional, tak terduga, dan bodoh'.
Raja Salman menunjuk Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS menjadi putra mahkota Saudi, dalam langkah mengejutkan pada Juni 2017 lalu. Penunjukan itu melengserkan Pangeran Muhammed bin Nayef dari posisi Putra Mahkota Saudi sebelumnya.
Disebutkan Pangeran Khaled bahwa naiknya MBS secara drastis memicu pertanyaan. "Jika Raja Salman dalam kondisi kesehatan yang baik, hal-hal tidak akan mencapai tahap ini. Ketika kita melihat kebijakan publik di Arab Saudi, kita bisa melihat bahwa Raja Salman sepenuhnya absen dari layar atau dari panggung politik di Arab Saudi," sebutnya.
MBS yang juga menjabat Menteri Pertahanan Saudi, kini dipandang sebagai tokoh paling berpengaruh di Saudi. Terlebih pendekatannya yang impulsif terhadap urusan dalam negeri dan kawasan telah memicu 'kerusuhan' baik di dalam maupun di luar Saudi.
Akhir tahun lalu, MBS memerintahkan penangkapan ratusan pangeran dan pengusaha Saudi dalam operasi yang disebut 'kampanye antikorupsi'. Total US$ 100 miliar disita dari orang-orang yang ditangkap, sebagai pertukaran atas pembebasan mereka. MBS juga dipandang sebagai arsitek dari operasi militer pimpinan Saudi di Yaman selama tiga tahun terakhir, yang telah menewaskan dan membuat puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Disebut Pangeran Khaled bahwa operasi penangkapan massal itu memicu banyak kebencian di kalangan keluarga Kerajaan Saudi terhadap MBS sendiri. "Keluarga merasakannya sebagai pelecehan," sebutnya.
"Ada banyak kemarahan di dalam keluarga kerajaan," klaim Pangeran Khaled. Kemarahan itu mengarah ke potensi evolusi kekuasaan di Saudi, yang menurut Pangeran Khaled, akan didukung oleh '99 persen anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan dan militer akan berdiri di belakang mereka'.
"Saya menerima sejumlah besar email dari kalangan kepolisian dan militer yang mendukung seruan saya," klaimnya lagi.
Seruan Pangeran Khaled ini mencuat di tengah menghilangnya MBS dari publik secara misterius sejak aksi baku tembak dan ledakan di luar Istana Kerajaan Saudi di Riyadh, bulan lalu. Sejumlah sumber mengklaim bahwa insiden 21 April yang disebut otoritas Saudi sebagai penembakan drone kecil, sebenarnya merupakan upaya kudeta oleh keluarga Kerajaan Saudi yang menentang Raja Salman.
No comments:
Post a Comment